Ciri Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Daftar Isi
Ciri Pembelajaran Berbasis Kompetensi:
Dalam dunia pendidikan, istilah “pembelajaran berbasis kompetensi” semakin sering terdengar. Ia digembar-gemborkan sebagai pendekatan yang mampu melahirkan lulusan terampil dan siap kerja. Namun, tahukah Anda sebenarnya apa ciri khas pendekatan ini dan bagaimana penerapannya dalam kegiatan belajar mengajar?
Penjelasan:
Pembelajaran berbasis kompetensi berfokus pada pencapaian kemampuan konkret yang dapat diterapkan dalam situasi nyata. Kompetensi ini mencakup tiga ranah, yakni pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Inti dari pendekatan ini adalah memastikan peserta didik tidak hanya memahami konsep, tapi juga piawai dalam mengaplikasikannya dan memiliki nilai-nilai positif yang menyertai keterampilan tersebut.
Bagaimana Ciri-Cirinya?
1. Berorientasi pada Ketercapaian Kompetensi: Guru tidak lagi sekadar mengejar ketuntasan materi, tetapi memastikan bahwa murid menguasai keterampilan dan sikap yang telah ditetapkan. Penilaian pun menekankan pada sejauh mana kompetensi tercapai, bukan hanya hafalan belaka.
2. Hasil Belajar & Keberagaman: Pendekatan ini menghargai kekhasan belajar tiap individu. Metode dan sumber belajar beragam untuk mengakomodasi gaya belajar serta ketertarikan murid. Keberagaman lingkungan dan situasi nyata pun dimanfaatkan sebagai wahana pengembangan kompetensi.
3. Pendekatan & Metode Dinamis: Tidak ada lagi metode tunggal yang menguasai kelas. Pembelajaran berbasis kompetensi memanfaatkan berbagai pendekatan, seperti kolaboratif, investigasi, dan problem solving, untuk mendorong murid aktif membangun pengetahuannya.
4. Sumber Belajar Melimpah: Guru bukan lagi sumber utama pengetahuan. Murid didorong aktif mencari informasi dari berbagai sumber, seperti buku, internet, maupun narasumber ahli. Hal ini menumbuhkan kemandirian dan kreativitas dalam belajar.
5. Penilaian Holistik: Keterampilan dan sikap tidak lagi hanya dinilai melalui tes tertulis. Penilaian berbasis kinerja, observasi, dan portofolio turut digunakan untuk mendapatkan gambaran utuh tentang kompetensi tiap murid.
Apa yang Sudah Diketahui?
Konsep pembelajaran berbasis kompetensi bukanlah hal baru. Ia digagas pada era 1960-an dan mulai diadopsi banyak negara, termasuk Indonesia, pada awal tahun 2000-an. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang diterapkan kala itu, meskipun menuai pro dan kontra, turut meletakkan dasar penting bagi pengembangan pendekatan ini.
Solusi: Menjemput Kemahiran, Bukan Sekadar Pengetahuan
Pembelajaran berbasis kompetensi menawarkan solusi bagi sistem pendidikan yang semakin dituntut mempersiapkan lulusan dengan keahlian relevan untuk dunia kerja. Ia membekali murid tidak hanya dengan hafalan, tetapi juga dengan keterampilan abad ke-21, seperti berpikir kritis, komunikasi efektif, dan kolaborasi, yang sangat dibutuhkan di era digital ini.
Informasi Tambahan:
- Pembelajaran berbasis kompetensi tidaklah kaku dan seragam. Ia dapat diterapkan dalam berbagai jenjang pendidikan dan disesuaikan dengan konteks serta kebutuhan tiap bidang studi.
- Penguatan peran guru dan pengembangan metode penilaian yang efektif menjadi kunci keberhasilan pendekatan ini.
- Kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan dunia kerja pun memegang peranan penting dalam menciptakan ekosistem belajar yang kondusif bagi tercapainya kompetensi.
Baca Juga : Pengertian Andragogi
Kesimpulan:
Pembelajaran berbasis kompetensi hadir sebagai angin segar bagi dunia pendidikan. Ia menawarkan pendekatan yang lebih berorientasi pada keahlian dan keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan nyata. Dengan penerapan yang tepat dan berkesinambungan, pendekatan ini berpotensi melahirkan generasi muda yang tidak hanya cerdas, tetapi juga kompeten dan siap berkontribusi bagi kemajuan bangsa.
5 Pertanyaan tentang Ciri Pembelajaran Berbasis Kompetensi
1. Apakah pembelajaran berbasis kompetensi berarti mengabaikan teori dan pengetahuan?
Tidak. Pengetahuan tetap menjadi landasan penting. Namun, fokusnya bergeser pada penerapan pengetahuan tersebut dalam bentuk keterampilan dan pemecahan masalah.
2. Bagaimana menilai sikap dalam pembelajaran berbasis kompetensi?
Penilaian sikap dapat dilakukan melalui observasi perilaku murid dalam berbagai kegiatan, wawancara, dan refleksi diri.
3. Apakah pendekatan ini cocok untuk semua mata pelajaran?
Pembelajaran berbasis kompetensi dapat diterapkan pada hampir semua mata pelajaran, meskipun adaptasi dan penyesuaian metode mungkin diperlukan.
4. Apa tantangan dalam menerapkan pendekatan ini?
Tantangan utama terletak pada perubahan mindset guru dan pengembangan sistem penilaian yang holistik. Dukungan dari berbagai pihak pun dibutuhkan.
5. Bagaimana orang tua dapat mendukung keberhasilan pembelajaran berbasis kompetensi?
Orang tua dapat mendukung dengan menyediakan lingkungan belajar yang kondusif, mendorong anak mengasah keterampilan, dan berkolaborasi dengan sekolah dalam monitoring perkembangan anak.
Saya harap artikel ini memberikan penjelasan komprehensif dan informatif tentang ciri-ciri pembelajaran berbasis kompetensi.